PEREKONOMIAN
KERAJAAN MAJAPAHIT
Keberadaan kerajaan Majapahit ditopang oleh
sektor pertanian dan perdagangan. Dengan demikian berarti kerajaan Majapahit
adalah kerajaan agraris dan maritim. Di sektor pertanian padi dan hasil
pertanian lainnya merupakan tulang punggung perekonomian kerajaan. Pedagang
asing yang datang ke Majapahit berasal dari Campa, Khmer, Tahiland, Burma,
Srilangka, dan India. Mereka tinggal di beberapa tempat di Jawa dan beberapa di
antara mereka ditari pajak oleh pemerintah kerajaan. Komoditi negara asing yang
dibawa ke Majapahit adalah sutera dan keramik China, kain dari India, dan dupa
dari Arab. Barang-barang tersebut ditukar dengan rempah-rempah dan hasil
pertanian lainnya. Sekitar tahun 1949 M terdapat dua jalur pelayaran dari dan
ke China(Grace Wong, 1984), yaitu jalur pelayaran barat dan jalur pelayaran
timur. Jalur pelayaran yang sering digunakan pedagang jawa adalah jalur
pelayaran barat, meliputi Vietnam-Thailand-Malaysia-Sumatera-Jawa-Bali-Timor.
Barang-barang yang diperdagangkan adalah
1.
Barang
kebutuhan hidup sehari-hari
Berupa bahan makanan, hasil bumi, binatang
(ternak, unggas, dan ikan), dan bahan pakaian.
2.
Barang
produksi kelompok pengrajin
Terdapat kelompok pengrajin (pengusaha) di
kerajaan Majapahityang disebutkan dalam prasasti paramiça,
barng yang dibuat antara lain tembaga (dyun), keranjang dari
daun kelapa(magawai
kisi), payung (magawai payuŋ wlu),
upih (mopih), barang anyam-anyaman (manganamanam),
kapur (maŋhapu). Terdapat juga pengrajin
lak/perekat, tali, warna merah, arang, jerat burung,dan alat penangkap burung.
3.
Barang
komoditi internasional
Komoditi yang diperdagangkan adalah merica,
garam, rempah-rempah, mutiara, kulit penyu, gula tebu, pisang, kayu cendana,
emas, perak, kelapa, kapuk, tekstil katun, sutera, belerang, dan budak belian.
Mata uang
yang digunakan pada zaman Majapahit awal adalam mata uang kepeng dari China.
Untuk mendapatkannya Majapahit mengimport mata uang dari China, uang tersebut
berasal dari dinasti T’ang (618-907), Song (960-1279), Ming (1368-1644), dan
Qing (1644-1911). hal ini terjadi karena China banyak mengomport merica dari
Majapahit, sehingga banyak mata uang kepeng yang mengalir ke Majapahit. Pusat
perdagangan di kerajaan Majapahit adalah pasar yang biasa disebut pkanatau pkěn. Selain perdagangan salah satu
sumber kerajaan adalah pajak. Berdasarkan sumber-sumber yang tertulis,
ditemukan lima pokok bahasan yang berhubungan dengan perpajakan, yaitu pajak
dan pembatasan usaha, objek pajak dan kriteria pemungutannya, mekanisme
pemungutan pajak, alokasi hasil pemungutan pajak, dan kasus-kasus yang
berhubungan dengan pemungutan pajak. Pihak kerajaan mengadakan pembatasan usaha
terhadap segala jenis benda yang bebas dari pemungutan pajak kerajaan agar hak
pembebasan pemungutan pajak kerajaan tidak menjadi tanpa batas. Pajak terdiri
dari pajak tanah, pajak usaha, pajak profesi, pajak orang asing, pajak
ekspoloitasi Sumber Daya Alam. Pemungutan pajak dilakukan oleh petugas pemungut
pajak.
Ekonomi Majapahit sebagaimana ekonomi kebanyakan kerajaan di
Jawa bertumpu pada kegiatan pertanian, ini terlihat dari pusat kerajaan
Majapahit yang juga terletak di pedalaman. Namun jika dilihat lebih jauh Majapahit
ekonomi Majapahit juga ditopang oleh perdagangan. Kombinasi kedua unsur ekonomi
ini memberi kekuatan bagi Majapahit, yang juga menjadi sifat Jawa sebelumnya,
yaitu kekuatan demografis.
Pertanian di Jawa sangat
menjadikan masyarakat Jawa terikat pada institusi desa yang terikat dalam
jaringan yang disebut wanua. Institusi
inilah yang kemudian menggerakkan jalannya perdagangan dengan pihak luar. Dalam
hal ini perdagangan lebih didominasi oleh perdagangan hasil pertanian pokok.
Jaringan pasar lokal antar wanua ini sering disebut sebagai pkên.
Pertanian Jawa sejak
sebelum Majapahit sangat kuat. Ini terlihat dari dibuatnya Borobudur beberapa
abad sebelumnya yang mengindikasikan pertanian Jawa dapat mencukupi pekerjaan
missal tersebut. Selain itu pada masa Majapahit di Jawa juga terdapat beberapa
candi yang dibangun. Kekuatan demografi ini juga mendukung kebijakan ekspansi
yang dilakukan oleh Majapahit.
Kekuatan demogrsfi ini
terlihat sangat besar jika kita membandingkan Jawa pada masa Majapahit dengan
luar Jawa. Semananjung Malaya pada abad 14 memiliki penduduk sebanyak 200 ribu
saja, seukuran kota kecil masa kini, sedangkan Jawa pada saat yang sama
memiliki penduduk sebanyak 3 juta orang.
Majapahit juga melakukan
perdagangan dengan bangsa luar. Ini terlihat kebijakan penguasaan langsung
pelabuhan di hilir sungai Brantas. Meski ibukota Majapahit terletak jauh di
pedalaman, ibukota terhubung langsung dengan pelabuhan tersebut melalui sungai
tersebut. Produk-produk utama Jawa adalah bahan pangan (beras), tekstil kasar
(atau kapas), dan tenaga kerja (budak).
Selain itu
motif ekonomi juga terlihat dalam politik ekspansi yang dilakukannnya.
Ekspansi-ekspansi yang dilakukannya dilakukan dalam rangka membentuk jaringan
kerajaan vassal untuk memperoleh upeti yang akan menjadi produk perdagangan.
Selain itu tujuan lain yang lebih utama dalam ekspansi Majapahit adalah untuk
memperoleh kontrol atas pelabuhan-pelabuhan dagang utama di Asia Tenggara
(dengan kata lain monopoli). Tindak
politis yang dilakukan bisa berupa penghancuran pelabuhan atau penaklukan.